Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Jember pada 20 Januari 2022 menyebabkan sejumlah kawasan dilanda banjir. Banjir tersebut mengakibatkan luapan Sungai Petung dan berdampak di beberapa desa di lima kecamatan antara lain, Desa Pakis di Kecamatan Panti, Desa Badean dan Desa Petung di Kecamatan Bangsalsari, Desa Rambigundam dan Desa Pecoro di Kecamatan Rambipuji, Desa Klungkung di Kecamatan Sukorambi dan Kecamatan Kaliwates.
Dari laporan Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab. Jember, tercatat sebanyak 124 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 455 jiwa terdampak, sementara 10 di antaranya mengungsi di Masjid Baiturahman Pecoro, kerugian materi tercatat 16 unit rumah terdampak, 3 unit rumah rusak sedang dan 1 rumah rusak berat.
Salah satu korban yang sangat terdampak adalah keluarga Pak Sati’an. Rumahnya ikut roboh akibat diterjang banjir. Alamat rumah beliau di Dusun Gluduk, RT/RW 07/04 Desa Pakis. Rumah yang dihuni dua keluarga yakni Pak Sati’an (73), Bu Al’ab Di/Bu Sati’an (64), anak dan menantunya Hotim (30) dan Faris (34), serta cucunya Laila (7).
Menurut penuturan Hotim, banjir yang datang tiba-tiba selepas sholat isya’ itu ia bersama putrinya dan Bu Sati’an menyelamatkan diri terlebih dahulu dengan membawa baju ala kadarnya dan surat-surat berharga yang bisa diselamatkan dengan cepat. Baru disusul oleh Faris yang menggendong Pak Sati’an melewati derasnya arus banjir yang sudah setinggi dada. Malam yang mencekam itu masih belum usai sepenuhnya karena harus melewati jalanan yang terjal, menanjak dan licin.
Alhamdulillah semuanya berhasil selamat. Namun, barang-barang yang ada di rumah ikut ludes terseret banjir. Tidak ada barang tersisa, bahkan ayam yang dipelihara Bu Sati’an ikut terbawa banjir.
Bu Sati’an yang kami temui di reruntuhan rumahnya terlihat sedang mengais-ais sisa barang berhaga yang barangkali masih bisa dipakai kembali. Sayangnya tidak banyak, selain baju-baju yang tidak hanyut. Dengan mata berkaca-kaca beliau menuturkan, “Ya saya sudah pasrah, ikut apa kata Gusti Allah,” sambil sesekali menatap rumah roboh yang telah ia tempati selama lebih dari 20 tahun itu.
Rumah Bu Sati’an merupakan satu-satunya rumah yang ada di lokasi tersebut. Rumah yang ia huni bersama suami, anak dan menantu serta cucunya. Sedangkan anaknya yang satu lagi lokasi rumahnya jauh dari rumah Bu Sati’an. Lokasinya dikelilingi kebun dan sawah, tepat di belakangnya terdapat sungai. Sebelumnya belum pernah terjadi banjir separah itu bahkan ukuran lebar sungai terbilang kecil. Kini akibat banjir, ukuran sungai itu ikut melebar dan mendekati rumah Bu Sati’an.
Satu-satunya keinginan keluarga Bu Sati’an dapat pindah dari lokasi tersebut karena sudah tidak layak untuk ditempati dan berbahaya seiring meningkatnya intensitas banjir di Kab. Jember.
Namun, keinginan ini masih sulit dicapai sebab satu-satunya tulang punggung keluarga hanya Faris menantu Pak Sati’an yang bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan 50 ribu sehari. Sedangkan Pak Sati’an sudah tidak dapat beraktivitas normal dikarenakan usianya yang sudah uzur. Untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari Hotim dan Bu Sati’an bekerja sebagai buruh tani, keduanya diberi sepetak lahan untuk menggarap sawah (sistem ngedhok). Bu Sati’an dan Hotim wajib merawat tanaman yang ada di sepetak lahan itu hingga panen. Bibit dan pupuk sepenuhnya berasal dari yang punya sawah. Dari hasil panen itu keduanya akan kebagian 20 persen. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk panen memakan waktu kurang lebih 4 bulan belum lagi jika hasil panennya bagus.
Mari membantu keluarga Bu Sati’an dengan membangunkan hunian baru yang layak dan aman dari banjir serta memberikan biaya hidup.